Seputardesa.com, Sidoarjo – Empat hari sudah berlalu sejak ambruknya bangunan mushalla asrama putra Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, pada Senin (29/9/2025) sore.
Namun duka masih terus menyelimuti. Suasana haru bercampur isak tangis para wali santri tak kunjung reda. Mereka bertahan di sekitar lokasi musibah, menunggu kabar yang entah membawa harapan atau kepedihan.
Tim Basarnas bersama TNI, Polri, BNPB, serta relawan sejak awal berjuang dengan segala keterbatasan. Fase golden triangle (72 jam), periode paling krusial dalam upaya penyelamatan korban, telah terlewati.
Kini, memasuki hari keempat, operasi evakuasi akan memasuki tahap baru, rencana penggunaan alat berat seperti ekskavator dan crane.
“Dari hasil penelusuran kami semalam, sudah tidak ada tanda-tanda kehidupan di reruntuhan. Bau menyengat juga semakin kuat. Maka rencananya, hari keempat ini akan mulai digunakan alat berat,” tutur seorang petugas evakuasi yang meminta namanya dirahasiakan.
Pasrah Menunggu Kabar
Kabar ini bagai pisau bermata dua. Di satu sisi memberi kepastian, di sisi lain mengikis harapan keluarga korban. Tutik, salah seorang wali santri, mengaku pasrah. Putranya, Ahmad Suaepi (15), asal Blega, Bangkalan, Madura, hingga kini belum ditemukan.
“Kita dari pihak keluarga sudah pasrah, ikhlas. Tiga hari menunggu tanpa kepastian. Walaupun nanti keluarnya tidak selamat, tidak apa-apa. Intinya cepat dikeluarkan dari reruntuhan itu,” ucapnya dengan suara lirih, mata sembab menahan tangis.
Bau busuk yang makin menyengat di sekitar lokasi memperkuat dugaan bahwa sebagian korban sudah dalam kondisi tak bernyawa. Namun, para wali santri tetap setia menanti, meski doa-doa yang dipanjatkan kini lebih banyak berisi kepasrahan.
Musyawarah Tingkat Provinsi
Rencana penggunaan alat berat tidak dapat dilakukan begitu saja. Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, akan menggelar musyawarah bersama pimpinan instansi terkait, kepolisian, TNI, Basarnas, BNPB Jawa Timur serta perwakilan keluarga korban.
Keputusan bersama ini dianggap penting agar tidak menimbulkan polemik di tengah duka. “Yakin seluruh keluarga berdoa yang terbaik. Kalau pun anak-anak mereka tidak bisa diselamatkan, mereka ikhlas. Ini takdir Allah SWT,” ujar salah satu wali santri dengan nada tabah.
Data Korban Sementara
Hingga Kamis (2/10/2025), data resmi menyebutkan 108 santri menjadi korban. Dari jumlah tersebut, lima orang dinyatakan meninggal dunia. Sementara 103 santri berhasil diselamatkan, meski sebagian masih membutuhkan perawatan intensif di rumah sakit.
Jumlah korban masih berpotensi bertambah seiring ditemukannya santri yang masih tertimbun di balik reruntuhan bangunan.
Duka yang Menyatukan
Musibah besar ini tak hanya mengguncang Ponpes Al Khoziny dan masyarakat Sidoarjo, tetapi juga menjadi perhatian publik Jawa Timur. Doa terus mengalir, bantuan kemanusiaan berdatangan, dan simpati mengikat hati banyak orang.
Namun, di balik semua itu, duka para wali santri tetaplah nyata. Di antara bau reruntuhan, doa-doa lirih masih terus dipanjatkan. Harapan boleh pudar, tapi cinta dan doa mereka untuk anak-anaknya tidak pernah padam.
Kini, semua mata tertuju pada keputusan penggunaan alat berat yang diharapkan dapat mempercepat evakuasi. Harapan terakhir, agar santri-santri yang masih tertimbun segera ditemukan apapun kondisinya.
Semoga keluarga korban diberi kekuatan, ketabahan, dan keikhlasan menghadapi musibah ini.