SeputarDesa.com – Provinsi Maluku Utara mencatatkan sejarah baru dalam perekonomian nasional. Dengan pertumbuhan ekonomi mencapai 32,09%, Maluku Utara melesat jauh meninggalkan 37 provinsi lainnya, bahkan terpaut signifikan dari peringkat kedua yang hanya 7%. Capaian ini bukanlah kebetulan, melainkan hasil nyata dari efisiensi anggaran yang tepat sasaran, strategi pembangunan yang modern, serta kepemimpinan visioner yang berorientasi pada hasil.
Di bawah kepemimpinan Sherly Laos Tjoanda, Maluku Utara meninggalkan cara-cara kuno yang boros dan tidak efisien. Sherly sadar betul bahwa kunci keberhasilan pembangunan di era sekarang terletak pada digitalisasi dan pemanfaatan sosial media secara cerdas.
Salah satu langkah tegas dan revolusioner adalah ketika menolak pengajuan anggaran sebesar 1,7 miliar rupiah dari Dinas PU untuk survei jalan rusak di Maluku Utara. Menurut Sherly, kegiatan tersebut bisa dilakukan tanpa biaya sepeser pun, dengan melibatkan partisipasi masyarakat melalui sosial media.
Dengan kecerdasan dan kepiawaiannya, Sherly memanfaatkan akun sosial medianya untuk menggerakkan masyarakat secara mandiri melaporkan kondisi jalan rusak di daerahnya. Dalam waktu singkat, terkumpul 270 laporan masyarakat secara real time, bahkan dari wilayah-wilayah terpencil yang sebelumnya belum terdata oleh dinas terkait.
Berdasarkan data konkret tersebut, Sherly kemudian mengajukan anggaran sebesar 8 triliun rupiah ke Kementerian PUPR untuk memperbaiki seluruh jalan rusak di Maluku Utara — langkah yang berbasis data akurat dan kebutuhan nyata rakyat.
Transformasi Nyata di 100 Hari Pertama
Kepemimpinan Sherly juga ditandai dengan gebrakan luar biasa di seratus hari pertama masa jabatannya.
Sherly mencabut pungutan uang komite di sekolah-sekolah negeri, mengembalikan 2.330 ijazah siswa SMA, SMK, dan SLB Negeri yang sebelumnya ditahan karena tunggakan biaya, serta mengalokasikan 3 miliar rupiah untuk beasiswa bagi pelajar kurang mampu.
Selain itu, Sherly mengucurkan dana sebesar 63,3 miliar rupiah untuk merenovasi gedung sekolah yang rusak di seluruh provinsi.
Tidak berhenti di sektor pendidikan, Sherly juga melakukan terobosan besar dalam bidang kesehatan. Ia meningkatkan pelayanan rumah sakit, mempercepat aktivasi BPJS tanpa menunggu 14 hari, serta memastikan jaminan kecelakaan kerja bagi nelayan, petani, buruh, dan pedagang kecil. Bahkan, Sherly memberikan uang saku kepada jemaah haji, serta memperbaiki seluruh jembatan dan infrastruktur vital yang tidak layak pakai.
Semua program kerja yang semula ditargetkan rampung dalam dua tahun berhasil diselesaikan hanya dalam 100 hari pertama masa kepemimpinan — sebuah bukti efisiensi dan dedikasi luar biasa.
Kunci Keberhasilan: Keberanian dan Kepiawaian
Keberhasilan ini tidak terlepas dari dua faktor utama: keberanian dan kepiawaian.
Pertama, keberanian Sherly untuk menolak program-program instruktif dari atas yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Sherly berpegang teguh pada data dan laporan yang diterima langsung dari warga melalui sosial media, memastikan setiap kebijakan benar-benar menjawab kebutuhan daerah.
Kedua, kepiawaian Sherly dalam memanfaatkan teknologi digital dan sosial media telah membawa efisiensi anggaran yang signifikan. Melalui pendekatan digital, komunikasi dengan masyarakat menjadi langsung, cepat, transparan, dan tanpa biaya besar untuk sosialisasi atau survei konvensional.
Dengan kombinasi dua kekuatan itu, Sherly Laos Tjoanda membuktikan bahwa pemerintahan modern dapat berjalan efektif, efisien, dan partisipatif.
Penutup
Kepemimpinan Sherly Laos Tjoanda menjadi bukti nyata bahwa media sosial bukan sekadar alat untuk membangun citra diri, tetapi sarana ampuh untuk membangun partisipasi publik dan mewujudkan pemerintahan yang transparan, inklusif, serta berkelanjutan.
Melalui keberanian, kecerdasan, dan pemanfaatan teknologi secara strategis, Maluku Utara kini menjadi model baru pembangunan daerah berbasis digital dan rakyat.
Sebuah pembuktian bahwa dengan visi yang jelas dan kepemimpinan yang tegas, kemajuan luar biasa bukan lagi impian, tetapi kenyataan.